Berikut adalah hasil wawancara dengan Ibu Novita Pembina LPM Memi mengenai peran dan potensi koperasi Gula semut di wilayah Banyumas
Salah satu pertanyaan saya kepada Mas Samsul,manajer
koperasi gula semut, adalah bagaimana efek dari perjanjian MEA 2015 terhadap
omzet penjualan gula semut, apakah semakin bertambah atau berkurang?, lalu Mas
Samsul menjawab: “ itu belum ada efeknya buat kami”. Kemudian saya bertanya
kepada Bu Novi, Menurut Bu Novi, mengapa MEA 2015 belum memberikan efek atau
pengaruh tertentu terhadap koperasi gula semut?.
Mungkin salah satu
sebabnya tutur Bu Novi, adalah karena produk gula semutnya, masih memiliki
sedikit competitor, lalu itu bisa terjadi karena MEA yang baru beberapa bulan,
terhitung sejak Desember 2015 – Maret 2016, berarti baru 4 bulan lebih.
Menurut Bu Novi, potensi Koperasi gula semut ini
kedepannya seperti apa?
Potensi kedepanya bagi
koperasi ini terbuka luas, terutama untuk kesejahteraan masyarakat desa yang
mayoritasnya petani, kebetulan saya dan teman-teman kopkun institute juga
melakukan pendampingan, penyuluhan, dan juga sebagai advokat untuk membantu
warga membentuk koperasi-koperasi, permasalahan bagi masyarakat desa untuk
mengembangkan usahanya adalah, jeratan hutang oleh para tengkulak, bahkan
jeratan hutang tersebut dapat memperbudak masyarakat di desa, dan menurut saya,
sistem koperasi adalah sistem yang paling tepat diterapkan untuk membangun
perekonomian desa.
Di Indonesia sendiri kan mindset masyarakatnya
tentang koperasi hanya terpaut pada koperasi simpan pinjam, sedangkan koperasi
yang dibutuhkan adalah koperasi produksi, bagaimana caranya agar masyarakat
dapat merubah mindsetnya dan semakin memaksimalkan fungsi dari koperasi
produksi?
Hampir 90% koperasi di
Indonesia adalah koperasi simpan-pinjam, untuk merubah mindset masyarakat
menjadi koperasi produktif, pertama, kita harus meyakinkan masyarakat dahulu
untuk merubah kebiasaanya menjadi kebiasaan ber-produksi, kita kan SDA nya
banyak, SDM nya juga banyak, kenapa kita tidak berproduksi, jika hanya berupa
koperasi simpan-pinjam, dan uangnya hanya berputar disitu-situ saja, itu tidak
efektif, dan tidak akan bertahan lama, contohnya Jepang dan Cina, mereka juga
berproduksi, bukan hanya mengkonsumsi.
Jadi pertama kita harus
ada kesadaran dahulu bahwa berproduksi akan menjalankan perekonomian Negara,
lalu peran koperasi seharusnya menjadi fasilitator sebagai landasan ekonomi
produktif.
Permasalah dari Koperasi gula semut ini adalah
hambatan modal, SDM, dan kesulitan teknologi, menurut Bu Novi, bagaimana cara
mengatasi permasalah koperasi gula semut ini?
Untuk permasalahan SDM
dan teknologi, ini dibutuhkan orang-orang yang ahli didalam bidangnya, jadi
koperasi tidak jalan sendiri, orang-orang ahli tersebut seharusnya datang dari
pakar koperasi yang ada di kampus-kampus atau Institusi lainnya, begitu juga
dengan ahli-ahli teknologi nya, seperti ahli teknik, pertanian, manajemen,
bahkan ahli marketing.
Para ahli tersebut
seharunya terjun langsung, peran praktisi terutama dari Universitas sebagai
lembaga kajian dan keilmuan seharunya membantu koperasi dalam mengembangkan
usahanya untuk kesejahteraan masyarakat sekitar.
Menurut Bu Novi, bagaimana seharusnya peran
institusi pendidikan seperti UNSOED dalam mengembangkan Koperasi daerah,
apalagi sesuai moto UNSOED yaitu sebagai “world class civic”?.
Seharusnya UNSOED
berperan sebagai wadah pengembangan bagi masyarakat sekitar, terutama
koperasi-koperasi daerah, karena ilmunya ada di kita, tapi untuk saat ini
UNSOED juga mulai mengembangkan program pengembangan daerah, misalnya seperti
pembangunan LAB FEB, yang didalamnya terdapat berbagai fasilitas kajian dan
penelitian ilmu ekonomi, dan itu seharusnya dapat memudahkan koperasi dalam
mengembangkan usahanya.
Lalu bagaimana seharusnya peran pemerintah daerah
untuk koperasi ini?
Menurut saya, jika
pemerintah tidak bisa memberikan bantuan dana, maka paling benter bantuan
tenaga, seperti penyuluhan dll, nah seharunya koperasi bersama dengan
Universitas bekerjasama untuk menekan pemerintah dalam memberikan bantuan.
Koperasi ini memiliki peran dan manfaat yang sangat
besar bagi Indonesia, apalagi orientasi nya sudah ekspor yang otomatis akan
semakin menambah Devisa Negara, menurut Bu Novi, bagaimana seharusnya peran
pemerintah, Institusi pendidikan, dan masyarakat agar koperasi ini semakin
berkembang, apalagi kita sudah memasuki MEA?
Satu perizinannya
seharunya dipermudah, misal perizinan 1 pintu, lalu packaging nya semakin
diperbagus, diberi nilai tambah, dan terakhir, koperasi harus masuk ke pasar
Online
Koperasi dapat menjadi
lebih besar jika koperasi-koperasi di banyumas bersatu dibawah 1 payung,
misalnya koperasi-koperasi membentuk jaringan cluster, misal koperasi gula
semut, koperasi susu perah, koperasi keuangan, koperasi pemasaran, bersatu
untuk kemajuan masyarakat, menggunakan 1 website resmi agar semakin memudahkan,
terorganisir dan terarah.
0 komentar:
Posting Komentar